Pages

Cornelia Street - Taylor Swift

Yang anak rantau, entah itu untuk bekerja atau belajar, dan jatuh cinta di perantauan lalu patah hati, pasti mengerti esensi dari lagu ini.

We were in the backseat
Drunk on something stronger than the drinks in the bar
"I rent a place on Cornelia Street"
I say casually in the car
We were a fresh page on the desk
Filling in the blanks as we go
As if the street lights pointed in an arrowhead
Leading us home

Masih kuingat di benakku, waktu itu, kau dan aku, duduk berdua di jok belakang. Mabuk kepayang karena kasmaran, melebihi mabuknya minuman apapun yang ada di bar. Dan aku mengatakan kepadamu, dengan begitu saja, bahwa aku menyewa sebuah tempat di jalan Cornelia. Seolah itu adalah sebuah undangan untuk urusan yang lebih panjang. Padahal waktu itu kita bisa dikatakan baru kenal. Belum ada kisah apapun diantara kita. Namun dengan serta-merta kita memutuskan untuk tinggal bersama. Dan begitu senja menggelap, lampu jalanan sudah mulai benderang, kita pun pulang ke Jalan Cornelia, bersama.

And I hope I never lose you, hope it never ends
I'd never walk Cornelia Street again
That's the kind of heartbreak time could never mend
I'd never walk Cornelia Street again

Sejak saat itu aku takut sekali kehilanganmu. Padahal ketakutan yang tidak masuk akal hanya akan membuat sesuatu yang kita takutkan itu justru kejadian. Syahdan, benarlah apa yang kutakutkan. Aku pun tak lagi berani menginjakkan kakiku menyusuri jalanan Cornelia. Ada kesakitan setiap aku lewat sana. Patah hati yang bahkan sang waktu pun tak jua meredakannya. Karena obatku hanyalah dirimu saja.

And baby, I get mystified by how this city screams your name
And baby, I'm so terrified of if you ever walk away
I'd never walk Cornelia Street again
I'd never walk Cornelia Street again

Tahukah kau, kota ini seolah menyihirku karena kudengar gaung namamu di mana-mana. Di pohon besar tempat dulu kita bersandar, di sepanjang jalanan, di kafe tempat kita biasa makan siang, bahkan di tempat sampah besar di mana kau lebih suka membuang sampah dengan cara melempar. Aku hafal semua tentangmu, kebiasaanmu, dan semua tentang kita di kota ini. Kau bisa mengerti kan mengapa aku  begitu ketakutan jika kau pergi meninggalkanku sendiri?

Windows swung right open, autumn air
Jacket 'round my shoulders is yours
We bless the rains on Cornelia Street
Memorize the creaks in the floor
Back when we were card sharks, playing games
I thought you were leading me on
I packed my bags, left Cornelia Street
Before you even knew I was gone

Kenangan-kenangan indah tak henti berkelebat silih berganti. Masih ingatkah kau musim gugur yang lalu, kita berdiri di ambang jendela, dengan hembusan angin dingin yang membawa dedaunan kering. Jaket yang tersampir di pundakku bahkan milikmu. Aku masih mengingat aromanya hingga kini. Kita bercanda, tertawa, main kartu dengan hukuman konyol bagi yang kalah, menertawakan retakan lantai yang menurutmu seprti ekspresi tokoh kartun, mensyukuri hujan yang menyejukkan dan masih banyak lagi. Pikiranku tiba-tiba mengacaukanku. Kukira saat itu engkau hanya ingi memperdayaiku, memanfaatkanku. Maka tanpa sepengetahuanmu aku langsung berkemas dan meninggalkan apartemen kita dan menjauh dari Jalan Cornelia.

But then you called, showed your hand
I turned around before I hit the tunnel
Sat on the roof, you and I

Tapi kau langsung menyadari kepergianku dan memanggilku kembali. Aku kacau, hampir saja aku menabrak terowongan di depan kalau aku tak segera balik arah dan kembali menyambutmu dalam pelukan. Kini, kita berdua, duduk berbicara dari hati ke hati, di atap di bawah loteng tempat kita.

I hope I never lose you, hope it never ends
I'd never walk Cornelia Street again
That's the kind of heartbreak time could never mend
I'd never walk Cornelia Street again

Semoga aku tak kan pernah kehilanganmu. Kuharap kisah kita tak kan pernah berakhir. Aku tak akan sanggup menjalani patahhatiku di jalan ini. Aku mungkin akan memilih untuk tak pernah menginjakkan kaki lagi di sini jika itu terjadi.

You hold my hand on the street
Walk me back to that apartment
Years ago, we were just inside
Barefoot in the kitchen
Sacred new beginnings
That became my religion, listen

Bertahun yang lalu, saat pertama kali kita bersama, kau menggandeng tanganku dengan mesra. Sepanjang jalanan tak hentinya kau membuat hatiku berbunga. Berdua menuju sarang cinta kita, memulai pagi dengan bertelanjang kaki, menyiapkan sarapan sambil bernyanyi. Hal terindah seumur hidup yang pernah kualami, menjadi sesuatu yang kuyakini sepenuh hati

I hope I never lose you
I'd never walk Cornelia Street again
Oh, never again

Jadi, ketika kau benar-benar pergi meninggalkan aku sendiri di tempat ini, rasanya terlalu menyesakkan. Tak ada yang indah sama sekali. Kuputuskan saja tak kan lagi kujejakkan kakiku di sepanjang jalan Cornelia ini

And baby, I get mystified by how this city screams your name
And baby, I'm so terrified of if you ever walk away
I'd never walk Cornelia Street again
I'd never walk Cornelia Street again

Bahkan kota ini seolah mengutukku. Seluruh sudutnya menggemakan namamu. Kembali ke kota ini nuansanya antara benci dan rindu. Rasa ketakutan karena ditinggalkan kembali menyergapku. Kota ini masih termaafkan, namun Jalan Cornelia tak lagi berani kukunjungi.

"I rent a place on Cornelia Street"
I say casually in the car

Entah mengapa aku dulu begitu mudahnya mengajakmu untuk bersamaku.

1 comment: