Pages

25 Minutes – Michael Learns to Rock

Setelah That’s Why You Go, 25 Minutes adalah lagu favoritku berikutnya. Tentang penyesalan, tentang kacaunya hati saat terlambat menyadari dan memutuskan sesuatu.

Alkisah, sepasang kekasih berpisah karena pihak laki-laki menghianati pihak perempuan, dengan melibatkan perempuan lain di dalamnya (klise banget ya?).  Sebenarnya, mereka masih saling cinta. Hanya saja, ego laki-laki yang ingin memiliki banyak wanita, dan ego wanita yang tak ingin berbagi cinta. Mereka pun terpisah lama, dengan memendam rasa yang sama. Bertualang sendiri-sendiri, berteman kenangan dan sepi. Hingga akhirnya, sang wanita menemukan tambatan hatinya, seseorang yang mampu menyembuhkan lukanya. Cinta itu masih ada, tapi ia tepis demi masa depan hidup dan hatinya. seseorang, yang ia tahu, tak kan membagi cintanya dengan siapapun. Sedangkan sang lelaki, merenung setiap hari, menyadari bahwa hatinya masih menghangat setiap kali memikirkan wanita itu.

After some time I've finally made up my mind
She is the girl and I really want to make her mine
I'm searching everywhere to find her again
To tell her I love her
And I'm sorry 'bout the things I've done


Tuhan, sudah sekian lama, dan hatiku masih hangat tiap kali mengingat tentang dirinya. Dialah seseorang itu, seseorang yang selama ini kucari, namun kusiakan saat telah kumiliki. Kini ia menghilang, aku tak tahu ia tinggal di mana, nomor telpon pun berganti. Teman-temannya, seoalah melindungi, tak mau memberiku informasi. Biarlah. Kucari ia ke seluruh pelosok negeri, ke tempat-tempat yang mungkin ia kunjungi. Kuubek-ubek jejaring social, tak ada dirinya, tak ada tanda-tandanya. Aku ingin memilikinya lagi. Dialah perempuan terbaik untukku. Pemilik kecupan terindah di hatiku. Seseorang yang mampu mengerti aku tanpa harus kujelaskan. Aku ingin menemukannya, aku ingin mengatakan padanya bahwa aku masih mencintainya, dan akan kusampaikan padanya, betapa aku menyesal pernah melukainya. Dia tak ada di mana-mana. Aku hanya bisa mengadu padaMu, Tuhan, karenanya kukunjungi rumahMu, dan kutemukan ia di sana.

I find her standing in front of the church
The only place in town where I didn't search
She looks so happy in her wedding dress
But she's crying while she's saying this


Aku  melihatnya berdiri di depan rumahMu, tempat yang tak pernah kudekati selama ini. Mataku hampir-hampir tak mengenalinya. Dia cantik luar biasa. Gaun putih panjang berenda, rambutnya tersanggul rapi, berhias mahkota bunga putih yang mungil. Make upnya sederhana, lehernya yang jenjang hanya berhias mutiara. Ia cantik, sungguh cantik. Dan ia, kelihatan bahagia. Perutku seperti ditonjok melihatnya. Ia, sedang melemparkan bunga pada para undangan, berkaca-kaca waktu melihatku diantara mereka. Ia menghampiriku, menangis, dan dengan menyesal berkata, bahwa ia sudah dimiliki orang lain.

Chorus:
Boy I missed your kisses all the time but this is
Twenty five minutes too late
Though you travelled so far boy I'm sorry you are
Twenty five minutes too late


Ia bilang, andai aku datang dua puluh lima menit lebih awal, aku mungkin masih bisa menyelamatkan suasana. Tapi tidak, katanya. Ia sudah memilih jalan ini. Ia sudah memutuskan untuk menikah. Ia tahu kalau aku masih mencintainya, dan ia masih mencintaiku. Ia bilang, aku juga lelaki terbaik dalam hidupya, yang member kecupan terindah di hatinya. Terlambat dua puluh lima menit, dan dia sudah ada yang punya.

Against the wind I'm going home again
Wishing be back to the time
when we were more than friends
Still I see her in front of the church
The only place in town where I didn't search
She looks so happy in her wedding dress
But she's cried while she's saying this


Aku lesu. Ingin memaki tapi tak mampu. Harusnya saat mencari, sudah kupikirkan kemungkinan ini. Tapi hatiku menolak, karena yakin ia akan mengerti dan kembali padaku. Kuputuskan untuk pulang meski ia mengundangku untuk berpesta. Air mataku berderai saat berkendara kembali, tersapu angin, mongering, menyisakan rasa dingin di pipi. Kukenang kembali kebersamaan kita, dan aku ingin mengulang masa-masa itu, saat kita berkencan dan mesra. Tapi, sekarang ia sudah ada yang punya. Ia tampak bahagia, meski menangis saat berkata, bahwa cintanya untukku masih ada.

Out in the streets
Places where hungry hearts have nothing to eat
Inside my head
Still I can hear the words she said
I can still hear what she said


Dijalanan ini, terus terngiang kata-katanya, andai aku datang 25 menit lebih awal, aku bisa memperbaiki suasana, membatalkan segalanya. Tuhan, iiinkan aku memutar kembali waktu, saat ia mengucapkan ikrar sehidup semati dengan lelaki itu, dan kan kuseret ia keluar, kuhujani  dengan kecupan, hingga ia bersedia kembali padaku, karena aku tahu, kami masih memiliki rasa yang sama.

1 comment: